Curhatan Seorang Ibu

Di daftar 100 goal dalam hidup yang kubuat semasa kuliah, ada kutulis punya anak laki-laki. Poin itu sudah tercoret ketika tahun 2011 lahirlah anakku pertama, Abdullah Ihsanul Azzam, menyusul lima tahun kemudian di 2016, Arsyad Abdul Azis. Namun punya anak di usia 26 tahun, dengan kondisi belum mapan di awal pernikahan bukanlah hal yang mudah. Fokusku mengasuh anak ter ‘distract’ dengan pekerjaan dan karir. Duh memori yang paling kuingat adalah ketika pengasuh Azzam tidak bisa menjaganya padahal aku harus bekerja. Akhirnya dengan nekat aku gendong Azzam di gendongan depan naik motor dari Jogjakarta ke Magelang selama 1,5 jaman. Entah suami ditakdirkan dari dulu sebagai orang sibuk, memang dia seorang pekerja keras. Akupun tak terpikir untuk meminta tolongnya cuti satu hari untuk menjaga Azzam.

Setelah sekian bulan berlalu, Azzam di vonis kena TB. Satu pukulan berat bagiku, karena selama 6 bulan harus rutin minum obat dari dokter. Tak terpikir aku untuk meminumkan dia susu beruang yang konon bisa menyembuhkan TB. Dan sekarang hasilnya adalah pertumbuhannya terganggu, umur 10 tahun dengan tinggi badan dan berat badan seperti anak umur 7 tahun. duh duh…

Bulan Desember 2020 dia sunat, tetapi masih saja belum nampak pertumbuhannya yang signifikan. Apakah aku harus membawanya ke dokter? Sudah kulakukan, konsultasi ke ahli gizi dan juga dokter anak. Terkadang rasa sedih dan penyesalan itu datang. Kenapa aku tidak mengasuhnya dengan benar sejak kecil. Tapi, buat apa, penyesalan itu tidak ada gunanya. Azzam apapun dirimu kamu tetap anak umi. Yang harus kamu lakukan adalah bekali dirimu dengan ilmu dan agama. Jangan biarkan orang menganggap enteng dengan fisikmu yang kecil. Kita tidak bisa merubah takdir, yang bisa kita lakukan adalah memeluk takdir itu erat-erat dan terus menerus berdoa. Ya Alloh angkat derajat anakku Azzam dan Arsyad di dunia dan akhirat, Amiin ya rabbal alamiiin. Udah ngantuk ni gaes see you in the next story. Sharing is Healing… Berbagi itu menyembuhkan …….