Dear Hati, Tetaplah kuat…

Tidak terasa satu tahun sudah pandemi virus corona terjadi di Indonesia pun juga dunia.

Tak terasa pula 2 tahun berlalu sejak kepergian anakku yang ketiga, Ayyub… Tak terasa air mata menetes mengingat segala kejadian di waktu itu. Sampai sekarangpun aku masih berjuang menyembuhkan sebagian kulit2 yang masih meradang. . melawan autoimmune dan mengumpulkan kekuatan untuk terus melanjutkan hidup.

Ketika raga lelah, dan batin yang merintih sore ini, anakku datang mengambil minyak yang biasa aku pakai untuk melembabkan kulit yang kering. Tangannya yang kecil mengusap-usap dahiku dengan lembut, dan seketika batinku kembali haru. Terlepas dari semua ujian yang aku terima, aku harus kuat, demi anak-anakku dan suami serta keluarga…

Kepedihan dan kesedihan merupakan obat untuk menyembuhkan, kata sebagian orang. Sebagai orang biasa yang masih penuh kesalahan dan kekhilafan, aku kembali kroscek ke diri sendiri, apa yang salah. Kenapa ada orang yang tega berbuat begini atau begitu. Mungkin aku masih egois, atau ambisius? Atau mungkin aku tidak memenuhi ekspektasi sebagian orang, mungkin ada orang yang kecewa terhadapku, mungkin aku tidak peka, dan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang lain… Aku sadar, bahwa Alloh memberiku ujian ini agar aku kembali bersujud dan kembali padaNya. Dan dengan sepenuh hati merefleksi segala kelemahan dan kekurangan diri.

Ketika kulihat punggung suami dari belakang, mengantarku memperbaiki printer yang rusak malam tadi, sungguh aku kembali terharu. Alloh sudah mengabulkan doaku, memberi seorang suami yang sabar dan setia menemaniku, bahkan di saat yang paling sulit.

Dan tetiba aku ingat kedua orang tuaku, sungguh aku sangat ingat perjuangan mereka membesarkan kami anak-anaknya. Juga ujian yang datang silih berganti. Tapi satu hal yang aku ingat, tiap malam mereka menegadahkan tangan, bersujud, mendoakan kami anak-anaknya. Ya Alloh,… sungguh berat ujian ini aku rasakan, berikan tambahan kekuatan darimu ya Rabb… Amiiin.