Communicative Language Teaching

Communicative Language Teaching
Hal inilah yang sering didengungkan oleh dosen di kampus dulu. Bahwa paradigma pengajaran bahasa hendaknya diubah. Jika melihat buku-buku teks sekolah pada tahun 1970-1990an akan tampak bahwa pengajaran bahasa dalam hal ini Bahasa Inggris sangat kentara menekankan pada tata bahasa, atau grammar bahasa yang dipelajari (Grammatical competence).

Akan tetapi, bahasa adalah alat untuk berkomunikasi bukan sekedar seperangkat aturan. Jadi pengajaran bahasa sebaiknya berpedoman pada prinsip “Teach the learners to use the language” bukan “Teach the learners about the language”. Mengajarkan kepada siswa bagaimana menggunakan bahasa. Bukan mengajarkan siswa tentang bahasa yang dipelajari.

Implikasinya nanti pada akhir pengajaran evaluasi akan mengacu pada “Apa yang bisa kamu lakukan dengan bahasa (yang dipelajari)” bukan “Apa yang kamu tahu tentang bahasa (yang dipelajari)”. Jadi, Communicative Language teaching bermuara atau mempunyai tujuan akhir pada pencapaian communicative competence (kemampuan komunikasi dengan bahasa) melalui proses atau pendekatan komunikatif (Communicative approach).

Communicative approach adalah pendekatan yang dipakai di kelas dalam konteks CLT. Pendekatan itu diantaranya adalah berupa jenis-jenis aktifitas kelas yang mengarahkan siswa pada penggunaan bahasa. Seperti role play, interviews, information gap, games, language exchanges, surveys, pair work, learning by teaching, dan lain-lain.

Kesadaran akan prinsip communicative language teaching ini mulai dapat dilihat dalam pengajaran bahasa sekarang dimana buku-buku teks Bahasa Inggris telah menekankan pada pengajaran yang mengacu pada genre-based. Sehingga tampak bahwa siswa diajarkan tentang penggunaan bahasa yang mungkin mereka dapatkan di kehidupan sehari-hari.

Namun, ternyata CLT tidak serta merta harus diterapkan di semua konteks pengajaran bahasa Inggris. Dalam situasi kelas dimana tujuan siswa/peserta didik adalah untuk menguasai aspek tertentu dari bahasa Inggris (misalnya kelas persiapan tes bahasa inggris, toefl preparation, structure, dll) pengajaran menjadi lebih fleksibel.

Jika dalam kelas tertentu peserta didik memang bertujuan untuk belajar tentang tata bahasa (grammar) inggris, pengajar sebaiknya focus akan kegiatan drilling (latihan berulang-ulang). Dalam hal ini penjelasan tentang bahasa bisa dilakukan secara deduktif. Dan tidak kalah pentingnya, melatih siswa/peserta didik untuk memproduksi bahasa sesuai dengan struktur yang dipelajari merupakan salah satu cara agar pengajaran bahasa tersebut tidak hanya bermuara pada kemampuan ‘mengenal’ bahasa tapi juga ‘menggunakan’ bahasa.

 

28 thoughts on “Communicative Language Teaching

    • menurut saya, metode yang dilakukan fleksibel, kita lihat dulu peserta didik nya mereka pengen belajar apa. dalam material development need analysis. apakah general english atau english for specific purposes (seperti eng for business, kelas toefl preparation etc). klo general eng lebih bagus dengan CLT.

    • Banyak sekali aktifitas yg bisa digunakan di sma dalam menerapkan CLT. pada umumnya siswa akan sangat antusias ketika pengajaran genre based (sesuai dgn kurikulum) dikaitkan dengan pengetahuan populer misalnya isu terkini artis/band, cita cita mereka, tempat yang menarik untuk dikunjungi, dll. Tema tersebut bisa dijadikan input teks bagi siswa

    • Kelebihan CLT tentu saja membuat siswa pandai menggunakan bahasa inggris secara aktif. Kemudian juga menjadikan proses belajar bahasa menjadi menyenangkan dan menyerupai first language acquisition atau pemerolehan bahasa pertama.
      sedangkan kekurangannya adalah kemungkinan adanya fossilization atau kesalahan bahasa yang menjadi sebuah kebiasaan/menjadi permanen disebabkan minimnya koreksi ketika siswa memproduksi bahasa baik dalam speaking atau writing.

    • Kelebihan CLT : siswa mempunyai kemampuan memahami dan menggunakan bahasa ex. tidak canggung untuk ngomong bahasa inggris, familiar dengan ‘language use’ dalam konteks kehidupan sehai-hari

      Kelemahan : feedback yang terlalu banyak pada saat siswa mempoduksi bahasa akan berakibat kecemasan/berkurangnya kepecayaan diri siswa.
      feedback yang kurang berakibat fossilization atau kesalahan siswa yang sulit untuk diubah ketika menguunakan bahasa

    • iya, bisa juga. menurut pendapat saya, kalau listening kan receiptive skill jadi siswa diberikan resource atau materi listening yang relevan dengan topic yang dibahas. (bisa dalam bentuk rekaman, video, atau bahkan mendengar temannya sendiri membaca teks/praktek dialog). kemudian yang harus diperhatikan adalah post listening activity nya. jadi setelah siswa bisa memahami materi dalam listening, mereka di arahkan untuk melakukan praktek serupa dengan yang ada di listening. (misal kalau listening to a story, siswa belajar untuk menceritakan sebuah cerita setelah listeningnya selesai)

  1. terima kasih atas jawabannya, ada tidak strategi-stategi atau tehnik dalam clt untuk pembelajaran listening khususnya, dan referensi buku nya apa saja? (maaf, sy cari2 ternyata kok yang clt minim sekali informasinya tentang penerapannya dalam listening, biasanya dalam speaking *pasca googling*)

    • kalau di kampus saya dl referensi wajib yg dipakai adalah bukunya Brown : Teaching by Principles. Disitu ada pembahasan tentang teaching listening, teaching reading, dst.
      Kalau course book untuk listening sy kurang tau.
      Intinya dalam listening langkah pertama adalah recognising sound (mengutip dr temen saya juga) dengan misalnya repeating words, differentiating similar words, baru setelah itu meaningful listening (latihan yg lebih kompleks).
      (sy belum terlalu mahir juga menerapkan clt, ini hanya mengutip dr buku dan dr pengalaman sy)

  2. assalamualaikum, saya mau bertanya bagaimana strategi agar CLT method dapat meningkatkan speaking ability siswa? thanks for share

    • waalaikumsalam,
      terima kasih pertanyaanya, menurut saya, CLT bisa meningkatkan kemampuan speaking siswa dengan aktifitas-aktifitas kelas yang ‘initiate the interaction’ atau menginisiasi munculnya interaksi antarsiswa. misalnya, role play, information gap, quiz, class survey, berbagai macam games, dll.
      yang harus diamati adalah bagaimana cara guru agar menghilangkan kecemasan/ketakutan (anxiety/fear) ketika siswa belajar speaking. misalnya dengan meminta mereka selalu menggunakan bahasa inggris baik ketika mengerjakan tugas, berbicara kepada guru atau teman.
      penjelasan yang lebih detail bisa dibaca di bukunya H Douglas Brown : Teaching By Principles.

    • mbak Eka Dewi,
      saya baca-baca buku dulu sebelum menjawab agar infonya valid.
      karena clt itu ‘approach’ jd dia cuma menggambarkan landasan secara umum. (bahwa dalam clt bahasa adalah sistem untuk mengungkapkan makna, tujuan pembelajaran harus sejalan dengan kebutuhan siswa, peran guru adalah sebagai fasilitator, jenis aktivitasnya harus yang mengarah kepada komunikasi, dst)
      untuk teknisnya lebih ke ‘method’ dan ‘technique’.

      writing performance yang dilakukan siswa ada beberapa:
      -imitative atau dikte
      -intensive/controlled seperti menulis tentang grafik
      -self-writing atau menulis bebas
      -display writing atau menulis di dalam tes
      – real writing seperti dalam writing in business context

      jadi ditentukan dulu jenis writing yang akan diajarkan apa kemudian bagaimana guru bisa mengemas kegiatan menulis tersebut menjadi ‘meaningful and communicative learning’.

      misalnya yang sangat sederhana, mau mengajarkan self writing/menulis bebas teks deskriptif. setelah diberi contoh dan penjelasan tentang adjective kemudian murid diminta menulis. setelah itu dikumpulkan, diacak, dan siswa ditunjuk satu persatu untuk membacakannya dan menebak siapa yang dideskripsikan.
      jadi writing dikaitkan dengan speaking.
      bisa juga writing dikaitkan dengan reading dan sebagainya.

  3. Pak saya mau tanya apakah anda bisa memberikan referensi buku minima thn 2000 tentang information gap technique in teaching speaking..terimakasih

    • Saya nggak tahu kalau buku yang membahas spesifik tentang information gap. Tapi di buku pegangan jur pend.bhs.inggris, Teaching by Principle oleh Douglas Brown ada pembahasan tentang teaching speaking secara general.

  4. Assalamualaikum, mohon dijawab. Jika saya hanya memakai two communicative activites seperti duscussion and role-playing saja apa boleh?

Leave a reply to kurnianurainy Cancel reply